Sabtu, 13 Juli 2013
Apakah pagiku ini masih membisu.
Setelah kau bungkam semenjak malam tadi.
Tanpa senyum ataupun lirikan mata.
Kau acuh diam membatu.
Tanya merobek rongga dada.
Terbuat dari apakah hatimu.
Keras bagai baja.
Tanpa sedikitpun rasa adem disana.
semua panas menggelora.
Bahkan wajah yang menatapmu
ciptakan anak sungai kecil
dari kelopak mata yang memanas.
Telah berkali ku tahan emosi.
Tak ingin terlihat rapuh di depanmu.
Ingin rasa hati mengungkapkan
semua gejolak kecamuk.
Namun semua hanya mimpi.
Riskan dan tak mungkin terjadi.
Jangankan untuk mendengar.
Menyentuh laraku pun itu mustahil.
Biarlah aku semakin terlarung
dalam kepahitan menggunung.
Biar kan masa itu terbentur.
Pada satu wajah ketabahan.
Yang telah melekat di hatiku.
AIR MATA KETABAHAN
Apakah pagiku ini masih membisu.
Setelah kau bungkam semenjak malam tadi.
Tanpa senyum ataupun lirikan mata.
Kau acuh diam membatu.
Tanya merobek rongga dada.
Terbuat dari apakah hatimu.
Keras bagai baja.
Tanpa sedikitpun rasa adem disana.
semua panas menggelora.
Bahkan wajah yang menatapmu
ciptakan anak sungai kecil
dari kelopak mata yang memanas.
Telah berkali ku tahan emosi.
Tak ingin terlihat rapuh di depanmu.
Ingin rasa hati mengungkapkan
semua gejolak kecamuk.
Namun semua hanya mimpi.
Riskan dan tak mungkin terjadi.
Jangankan untuk mendengar.
Menyentuh laraku pun itu mustahil.
Biarlah aku semakin terlarung
dalam kepahitan menggunung.
Biar kan masa itu terbentur.
Pada satu wajah ketabahan.
Yang telah melekat di hatiku.
idbagus : AIR MATA KETABAHAN Sabtu, 13 Juli 2013
Tambahkan Komentar